Minggu, 07 Juli 2013

Giokniwati: Memanfaatkan Talenta Secara Optimal

Giokniwati (tengah) bersama James Gwee (kanan)
Giokniwati, bersama sang suami, Tjantana Jusman adalah “sepasang Ayam Jantan dan Ayam Betina di dunia training”. Mungkin sangat langka sepasang suami istri yang sama-sama menjadi trainer dengan materi yang sama, alumni yang sama, dan sama-sama pernah menulis buku bersama dengan James Gwee. Perjalanan karirnya yang luar biasa, sampai berani “membakar kapalnya” telah menjadikan sosok ibu seorang anak ini sebagai salah satu Associate Trainer James Gwee yang handal. Sikapnya yang rendah hati, ceria dan penuh semangat sangat tepat untuk profesinya. Inilah perjalanan Sang Pemenang, Giokniwati.
 
Giokniwati lahir pada tanggal 19 September 1973. “Saya tidak dilahirkan di rumah sakit, tetapi di sebuah rumah sederhana dari rahim seorang wanita sederhana. Dan sesungguhnya kelahiran saya adalah “bonus” dari Sang Pencipta, mengingat saya adalah anak ke-enam yang tidak direncanakan kehadirannya”, ungkap Giokni. “Rumah sederhana di Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, perbatasan dengan Kabupaten Pekalongan, adalah nama lokasi yang pasti tidak dituliskan di peta Jawa Tengah. Bahkan, durasi dengan menyetir mobil antara tulisan di tugu ‘Selamat Datang’ dan tugu ‘Selamat Jalan’ cukup lima menit saja. Jadi, dapat dibayangkan betapa kecilnya daerah bernama Ulujami yang ada di perlintasan pantura”, ujarnya.

“Namun…. saya bahagia! Ternyata mama saya yang sepertinya sederhana, adalah wanita hebat, yang saya kagumi dan menjadi inspirasi buat saya”, tutur Giokni. “Betul… bahwa dia hanya bersekolah hingga setara SD di sekolah Belanda, namun wawasan dan kesadaran terhadap pentingnya pendidikan membuat dia selalu bekerja keras untuk mengupayakan kami bersekolah, pula.. tidak menyurutkan pendapatnya yang kontra dengan tetangga kanan, kiri, depan rumah yang selalu bilang ‘percuma cah wedok disekolahke duwur-duwur… nek wes kawen yo mlebu dapur othok’, yang artinya ‘percuma anak perempuan bersekolah tinggi karena setelah menikah hanya akan berkutat di dapur saja’, jelasnya.

“Papa saya pun punya prinsip yang sama, dia sadar bahwa sekolah penting, walaupun dia pun hanya bersekolah setara SD di sekolah Mandarin dan menopang ekonomi keluarga dengan sebuah mobil Colt L300 yang dijadikan angkutan umum dan sesekali menjadi sopir ketika sopir kami  tidak masuk. Setiap liburan sekolah, papa akan membawa saya ke rumah adiknya di Semarang untuk berlibur sekaligus memboyong majalah bekas saat kembali ke rumah”, tutur Giokni.

“Nilai-nilai yang dihidupi oleh keluarga kami adalah KEJUJURAN, KERJA KERAS dan BELAJAR. Ada nasihat yang sangat spesifik yang saya ingat dari mama khusus bagi kelima anak perempuannya: ‘Jangan pernah menjadi isteri kedua, jangan pernah dinikahi orang tanpa surat kawin. Wanita juga harus punya kemandirian sehingga selalu siap ketika dibutuhkan untuk menopang suami”, lanjutnya lagi.

Masa sekolah dasar Giokni dihabiskan di SD Negeri Inpres. Namun, dia bersyukur karena sering diajak ke toko buku di Pekalongan, sehingga dia bisa membeli buku-buku di luar kurikulum ‘minimalis’ sebuah SD Inpres. Selepas SD, orangtuanya sudah merasa perlu melepas Giokni lebih jauh dari rumah. Giokni bersekolah di SMP Pius Kodya Pekalongan, 15 km dari Ulujami. Transportasi sehari-hari menggunakan angkutan umum baik mobil maupun bis AKAP (Antar Kota Antar Propinsi), dimana penumpang harus berjubelan berdiri sampai pintu tidak bisa ditutup. Masih sangat membekas dalam ingatan Giokni, ketika masa Operasi Lantas Zebra tahun 1986 yang membuat semua angkutan tidak beroperasi, sehingga dia harus menyetop dan menumpang truk-truk yang lewat yang tidak dia kenal. “Tapi rasanya saya tidak mengeluh secara berlebihan, saya merasakan serunya sebuah petualangan, walaupun sempat diopname karena typhus yang diakibatkan terlalu capai. Dan itulah contoh KERJA KERAS yang kami hidupi”, ungkap Giokni.

Giokni melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1 Pekalongan. “Masa-masa menyenangkan yang penuh kenangan di sekolah menengah atas terbaik di Kodya saat itu”, kenang Giokni. Kemudian dengan susah payah orang tua dan kakak laki-lakinya mengupayakan Giokni kuliah di jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) YKPN di Yogyakarta. “Yogyakarta menjadi pilihan utama karena biaya hidup di kota ini masih terjangkau oleh kemampuan kami”, katanya melanjutnya ceritanya.

“Saya aktif di kegiatan-kegiatan sekolah dan gereja, menulis dan membaca puisi adalah salah satu hobby saya. Sejak kelas dua SMP saya sudah terlibat dalam pelayanan mengajar anak-anak di Sekolah Minggu, lalu sharing di sesi-sesi pemuda dan remaja. Kecintaan mengajar ini terbawa hingga kuliah—sebagai Asisten Dosen—mengajar di Training Center di tempat kerja dan sekarang sebagai PROFESI!!”, tutur Giokni.

Selepas kuliah dengan predikat Magna Cum-Laude, Giokni masuk bekerja di Bank Central Asia (BCA). “BCA adalah perusahaan pertama yang mengasah dan membuat saya kaya ilmu, keterampilan, dan mental”, ujarnya. “Melalui program Management Development Program (MDP) di tahun 1995, yaitu sebuah program yang komprehensif selama setahun yang membekali dengan berbagai ilmu dan pelatihan yang terstruktur. BCA adalah sekolah buat saya dimana ketika radar-radar pembelajaran kita aktifkan, maka segudang pengalaman kita peroleh. Dan kuncinya hanya satu: Maukah kita BELAJAR dan maukah kita BEKERJA KERAS?”, ujarnya.

Setelah setahun digembleng melalui program MDP, Giokni ditempatkan di Divisi Audit Internal dengan posisi awal sebagai Auditor Operation yang melakukan audit ke cabang-cabang BCA, baik di Jakarta maupun luar Jakarta. Penggemblengan tahap kedua adalah pekerjaan, yang cukup membutuhkan ketangguhan baik dalam menghadapi auditee maupun ketua tim (in-charge). “Wajah dan kalimat berintonasi ketus ketua tim saat pekerjaan tidak sempurna seakan menyempurnakan perjuangan dan mental saya”, jelasnya. “Namun banyak pula coach-coach yang melatih dan mengembangkan saya. Dalam periode itu saya belajar tentang DETAIL, ANALISIS, sekaligus KONSEPTUAL, dan KEMAMPUAN BERINTERAKSI DENGAN ORANG”, tutur Giokni.  

Saya suka mengobservasi dan menarik learning points, termasuk pemimpin-pemimpin di atas saya. Saya amati dan ambil aspek positif untuk dibuat model kepemimpinin yang paling efektif. Demikian pula dengan observasi atas diri saya sendiri; saya menemukan kekuatan dalam CONCEPTUAL dan ANALYTICAL THINKING, CREATIVITY, dan PUBLIC SPEAKING”, tuturnya.

Setelah tujuh tahun di Divisi Audit Internal, Giokni mengeksplorasi diri di Divisi Consumer Banking. Dia bertanggung jawab-pada Aspek Peningkatan Layanan Nasabah dan Layanan Nasabah Prioritas. “Itulah fase saya belajar banyak tentang LEADERSHIP dan TANGGUNG JAWAB. Saya menyerap banyak ilmu dari kepemimpinan Ibu Lanny Budiati dan Bapak Santoso Liem. Bagi saya mereka berdua sangat INSPIRATIF!”, Giokni memuji inspiratornya.

“Sebuah prinsip yang semakin saya yakini dan jalani adalah “EXTRA MILES”. Saya masih ingat pesan Pak San tentang ‘bikin gajimu tidak pantas’, yang artinya ‘jangan hitung-hitungan, apa yang bisa kalian lakukan, lakukanlah dan lakukan lebih’. Jangan hanya dibatasi oleh target di atas kertas”, kenangnya.

“Petuah itu saya hidupi hingga saya berpindah kerja ke perusahaan lain. Bahkan hingga saat ini dan selalu nasehat beliau saya bawa di kelas-kelas training saya”, tutur Giokni. “Hubungan saya dengan atasan sangat baik, bahkan untuk urusan resign pun, saya minta pertimbangan. Saya meninggalkan BCA bukan karena BCA buruk atau kinerja saya yang buruk, seperti saya telah sebutkan bahwa BCA adalah sekolah saya, dan saya merasa sudah saatnya saya ‘meluluskan diri’ agar bisa BERMANFAAT LEBIH di tempat lain”, tuturnya menjelaskan alasannya keluar dari BCA.

“Banyak tantangan yang menarik di perusahaan baru-food retailer Delhaize Group Belgia yang berbendera Super Indo di Indonesia. Perubahan sangat drastis saya alami, dari aspek industrinya (di banking saya menjual produk investasi dan di sini saya menjual cabe dan bawang merah, hehehe) hingga lokasi kantor yang semula di bilangan segitiga emas di jalan Jendral Sudirman kemudian menyingkir ke kawasan kumuh Ancol di ujung Jakarta Utara”, kenangnya. “Namun, saya sangat bersyukur untuk mile-stone yang selalu saya jejaki karena selalu membawa kebaikan dan pembelajaran”, lanjutnya.

“Dengan posisi di strategic level, maka saya punya wewenang untuk mengambil inisiatif dan mengeksekusi program baru sesuai best practices yang ada. Dengan INTERPERSONAL SKILL yang saya miliki, saya cukup mulus beradaptasi dengan jajaran manajemen lama. Saya berperan di area Organizational Development (OD) yang meliputi Recruitment-Training-Pengembangan SDM dan Organisasi”, jelas Giokni mengenai tanggungjawabnya di tempat baru. “Salah satu program yang signifikan diakui membawa dampak positif adalah di area People Development seperti Talent Pool Program, karena orang yang berkinerja bagus semakin merasa dihargai dan adanya fairness karena minimalisasi subyektivitas. Iklim dalam organisasi bergairah seperti juga halnya semakin hangat dan cerianya suasana tempat kerja. Aktivitas-aktivitas yang memperkokoh esprit de corps saya inisiasikan”, jelas Giokni.

“Melalui Vice President Ibu Melanie Darmosetio dan President Dirk Van Den Berghe saya mendapat kesempatan yang berharga untuk belajar tentang best practices OD di sister company di Belgia maupun di Yunani. Dukungan mereka jugalah yang memantapkan peran saya dalam mengembangkan SDM dan semakin mengonfirmasi tentang PASSION saya di bidang PEOPLE DEVELOPMENT!”, tuturnya. “Bukan hanya karir yang baik yang menjadi kenangan saya di Super Indo, namun proses pembentukan Tim OD menjadi tim yang solid, yang selalu bahu membahu dan setiap individu punya semangat tinggi untuk memberi yang terbaik-itulah masa-masa menantang sekaligus menggairahkan”, kenang Giokni.                

Saat ini Giokni tiba pada mile-stone berikutnya, yaitu Full Time mengikuti PASSION sebagai SPEAKER, TRAINER, COACH. Perkenalan dengan James Gwee terjadi di tahun 2002. Berawal dari keberaniannya mengungkapkan mimpi “Saya ingin menjadi pembicara seperti Pak James” di acara on-air radio PAS FM. “Akhirnya beliau menjadi MENTOR saya”, tutur Giokni.  “Sikap rendah hati dan low profile serta mau berbagi saya temui pada seorang James Gwee-Indonesia’s Favourite Trainer”, ujarnya menyampaikan pandangannya mengenai sosok James Gwee. “Hingga saat ini saya menjadi James Gwee’s Certified Trainer untuk program “Grab Your Audience!”-public speaking & presentation skill dan sebagai James Gwee’s Associate Trainer. Saya mengembangkan dan mengajar materi-materi customer service excellence, komunikasi, presentasi, supervisory, dan lain-lain”, tuturnya lagi.

Selama kurun waktu 2,5 tahun bersama James Gwee, Giokni telah melayani lebih dari lima puluh client dari berbagai industry, seperti banking dan lembaga keuangan, farmasi, automotif, manufaktur, retailer, dan sebagainya dengan jumlah audiens lebih dari 4.000 orang. “Dan kebanyakan dari client melakukan repeat order. Apa yang membuatnya demikian? Saya sangat mempercayai bahwa PASSION drives EXCELLENCE. Dan saya selalu mengupayakan DO EXTRA MILE. Mengapa saya lakukan itu? Karena saya tahu bahwa Tuhan menciptakan saya dengan sebuah tujuan yaitu untuk BERMANFAAT bagi orang lain melalui TALENTA yang DIA berikan. Dan saya tidak akan menolak bahkan akan melakukan TERBAIK yang BISA saya LAKUKAN. Saya semakin mantap dan yakin panggilan hidup dan tempat terbaik bagi saya adalah ketika para coachee menjadi lebih baik atau mereka memenangkan kompetisi-kompetisi yang diikuti. Air mata bahagia saya mengalir dan saya ikut bersyukur”, tutur Giokni secara panjang lebar.

Giokni (kanan) bersama suami dan putrinya
Gioniwati adalah Sang Pemenang, yang menjalani kehidupan dan karirnya dengan antusiasme tinggi. Antusiasme yang menjadi sumber energi untuk terus belajar dan belajar. “Demikianlah sekelumit tentang saya-GIOKNIWATI-manusia yang masih terus belajar. Hidup bersama suami yang selalu setia dan mendukung-TJANTANA JUSMAN-yang tanpa seizinnya saya tidak mungkin melangkah sejauh ini. Bahkan dia pun saat ini terjun bersama saya untuk memberdayakan orang-orang melalui kelas-kelas training  maupun coaching. Gaya kami berdua saat di kelas adalah ANTUSIAS karena kami menyadari bahwa ada kebesaran TUHAN dalam hidup kami. Seorang puteri kami-JOANNA SHADDAI JUSMAN-titipan Tuhan yang kami syukuri, sekaligus ‘sekolah’ yang membuat kami senantiasa belajar. Bukankah hidup adalah belajar, jangan sampai kita kehilangan semangat untuk belajar”, ujar Sang Pemenang menutup penuturannya dengan senyuman manis.


Salam Pemenang!

Catatan

  • Kisah di atas adalah 1 dari 30 kisah dalam buku “ANGEL & DEMON: 30 Kisah Inspiratif Sang Pemenang”, yang merupakan hasil kolaborasi saya bersama dua sahabat, Timoteus Talip dan Helena Abidin. Temukan kisah-kisah lainnya dalam buku “ANGEL & DEMON”, yang telah menjadi National Best Seller dan dapat ditemukan di Gramedia dan Gunung Agung atau di amazon.com (search “ANGEL & DEMON Indonesia edition”).
  • Terima kasih Anda sudah menyempatkan waktu membaca artikel ini. Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat silahkan berbagi dengan keluarga dan teman Anda, atau berikan komentar pada kotak yang telah disediakan.
  • Bila Anda ingin secara otomatis mendapat artikel-artikel terbaru dari blog ini di email Anda, silahkan klik “Join this site” pada bagian kanan atas tampilan blog.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar